you know, I can't.
jika kebersamaan itu bisa dibeli, aku berjanji aku akan membelinya.
lelah.
aku sudah lelah.
meradang sendirian.
dipaksa untuk memilih disaat aku sedang tak ingin memilih.
jangan beri aku pilihan saat ini, jika tetap dipaksa, aku akan tetap memilih dua-duanya.
lalu bagaimana supaya ini adil?
aku tidak tau.
tolong jangan tanyakan lagi semuanya padaku.
sudah, aku sudah diujung, sepertinya sebentar lagi aku akan melompat dari tebing ini.
tembok yang kita bangun, entah, aku atau kamu.
tapi sungguh, tebing ini memang sungguh nyata.
kita tertawa, tapi aku diam-diam menangis.
kita berbicara, tapi diam-diam kita saling merahasiakan.
kita duduk bersama, tapi seperti aku tidak disampingmu.
kita dekat, tapi seperti berkilo-kilo meter rasanya.
kita, hanya bertahan, saling menutupi apa yang harus ditutupi.
berperang dalam diri masing-masing.
mempertanyakan, berusaha memenangkan.
saling memikirkan, menduga-duga,
andai saja.
kita seperti anak kecil.
aku mencubitmu, kamu memukulku, lalu aku menangis, kamu ikut menangis.
lalu aku meminta maaf, kamu juga.
kita saling memaafkan.
selesai.
aku dan kamu kembali duduk bersama, bermain boneka.
kenapa aku harus memilih?
dan kenapa aku harus kehilangan?
ini semua sudah terlanjur, sudah terlalu.
kamu mengenalku, sungguh.
tak terhitung banyaknya hal di dunia ini yang sudah kubagikan padamu.
tapi lalu kamu memberiku pilihan yang secara tidak langsung membuatku harus kehilangan salah satunya.
kalian sama.
kalian seimbang, tidak ada yang kuprioritaskan.
cerita yang aku bagi juga sama, kamu tau, dia tau.
lalu haruskah aku kembali memilih?
tidak bisakah aku memiliki kalian berdua?
aku sudah tau jawabannya, tidak.
aku hanya memikirkan.
bagaimana akhirnya.
sebentar, kita akan segera berjalan masing-masing.
dan lalu aku hanya akan jadi orang asing bagimu.
kita akan menjadi orang asing.
mengubur semua tawa yang pernah dibagi saat makan siang.
mengubur semua celotehan, kebiasaan aneh, membicarakan orang lain, atau semangat-semangat kecil sebelum ujian.
jarak ini terlalu menyiksaku.
berbohong terus menerus.
bahwa aku sungguh sangat peduli.
bahwa aku sungguh masih ingin berjalan bersamamu.
bahwa aku sungguh masih ingin merasa ada untukmu.
aku masih menangis melihat fotomu, kalian, tanpa aku.
seperti aku perlahan-lahan sudah usang dari hidupmu.
aku masih diam-diam bercerita pada Tuhan.
haruskah aku kehilangan untuk apa yang aku impikan?
tak bisakah itu berjalan selaras?
aku tak tau, apa lagi sebutanku dalam hidupmu.
aku tak tau, apa lagi posisiku dalam hidupmu.
tapi kamu tetap.
tidak berubah.
sedikitpun.
aku menyayangimu.
kamu,
kalian.
Did you think I could hate you, or raise my hands to you?
Oh come on, you know me too well!
lelah.
aku sudah lelah.
meradang sendirian.
dipaksa untuk memilih disaat aku sedang tak ingin memilih.
jangan beri aku pilihan saat ini, jika tetap dipaksa, aku akan tetap memilih dua-duanya.
lalu bagaimana supaya ini adil?
aku tidak tau.
tolong jangan tanyakan lagi semuanya padaku.
sudah, aku sudah diujung, sepertinya sebentar lagi aku akan melompat dari tebing ini.
tembok yang kita bangun, entah, aku atau kamu.
tapi sungguh, tebing ini memang sungguh nyata.
kita tertawa, tapi aku diam-diam menangis.
kita berbicara, tapi diam-diam kita saling merahasiakan.
kita duduk bersama, tapi seperti aku tidak disampingmu.
kita dekat, tapi seperti berkilo-kilo meter rasanya.
kita, hanya bertahan, saling menutupi apa yang harus ditutupi.
berperang dalam diri masing-masing.
mempertanyakan, berusaha memenangkan.
saling memikirkan, menduga-duga,
andai saja.
kita seperti anak kecil.
aku mencubitmu, kamu memukulku, lalu aku menangis, kamu ikut menangis.
lalu aku meminta maaf, kamu juga.
kita saling memaafkan.
selesai.
aku dan kamu kembali duduk bersama, bermain boneka.
kenapa aku harus memilih?
dan kenapa aku harus kehilangan?
ini semua sudah terlanjur, sudah terlalu.
kamu mengenalku, sungguh.
tak terhitung banyaknya hal di dunia ini yang sudah kubagikan padamu.
tapi lalu kamu memberiku pilihan yang secara tidak langsung membuatku harus kehilangan salah satunya.
kalian sama.
kalian seimbang, tidak ada yang kuprioritaskan.
cerita yang aku bagi juga sama, kamu tau, dia tau.
lalu haruskah aku kembali memilih?
tidak bisakah aku memiliki kalian berdua?
aku sudah tau jawabannya, tidak.
aku hanya memikirkan.
bagaimana akhirnya.
sebentar, kita akan segera berjalan masing-masing.
dan lalu aku hanya akan jadi orang asing bagimu.
kita akan menjadi orang asing.
mengubur semua tawa yang pernah dibagi saat makan siang.
mengubur semua celotehan, kebiasaan aneh, membicarakan orang lain, atau semangat-semangat kecil sebelum ujian.
jarak ini terlalu menyiksaku.
berbohong terus menerus.
bahwa aku sungguh sangat peduli.
bahwa aku sungguh masih ingin berjalan bersamamu.
bahwa aku sungguh masih ingin merasa ada untukmu.
aku masih menangis melihat fotomu, kalian, tanpa aku.
seperti aku perlahan-lahan sudah usang dari hidupmu.
aku masih diam-diam bercerita pada Tuhan.
haruskah aku kehilangan untuk apa yang aku impikan?
tak bisakah itu berjalan selaras?
aku tak tau, apa lagi sebutanku dalam hidupmu.
aku tak tau, apa lagi posisiku dalam hidupmu.
tapi kamu tetap.
tidak berubah.
sedikitpun.
aku menyayangimu.
kamu,
kalian.
Did you think I could hate you, or raise my hands to you?
Oh come on, you know me too well!
Comments
Post a Comment