Lewat 19
Sudah beberapa hari beranjak dari umur 19. Wah, 19! Satu angka lagi menuju dunia dua puluh. Saya tidak menyangka saya sudah hampir menginjak seperlima abad.
Senang. Meski tanpa kue tart. Meski tanpa lilin angka 19. Meski hanya nasi kuning sebakul dan mie goreng sepiring buatan ibu. Meski hanya 3 orang sahabat saya yang datang ke rumah, membawa seplastik kue bulat (entah apa namanya) ditambah 4 lilin batangan. Meski hanya perjamuan martabak telur bersama keluarga. Senang.
Bersyukur. Saya tidak pernah bisa berhenti bersyukur. Sembari sedikit menyeka air mata. Menyadari betapa saya sudah begitu jauh melangkah. Melewati masa-masa kehidupan, yang semoga semakin mendewasakan. Bertemu dengan orang-orang luar biasa, yang datang dan pergi.
Terlebih untuk satu-satunya tempat saya pulang. Hari itu. Mungkin pertama kali saya duduk berempat, menikmati martabak telur panas dan es teh manis. Berharga. Satu jam berharga, untuk 19 tahun saya. Selfie sederhana menjadi saksi kebahagiaan saya. Terimakasih. Untuk segalanya. Meski kita tak pernah pergi liburan ke luar negri. Meski kita tak pernah punya mobil keluarga sendiri (selalu pinjam sana sini). Meski kita masih berusaha mewujudkan sebuah rumah impian. Meski kita tidak punya apa-apa. Meski kita tidak pernah sempurna, tapi saya bangga jadi bagiannya. Saya bangga terlahir di tengah-tengah kalian. Keluarga.
Untuk sahabat-sahabat saya, rekan kerja, rekan sepermainan, terimakasih untuk mewarnai hidup saya. Dengan canda tawa. Dan keterbukaan menerima pribadi saya. Saya tidak pernah memilih kalian. Kalian lah yang hadir dalam hidup saya, dan seperti jodoh begitu saja melekat dalam keseharian dan tentu hati saya.
Tidak ada lagi yang bisa saya katakan. Selain terimakasih. Untuk 19 tahun kehidupan saya. Yang susah, senang, sederhana, nyata, memuakkan, hitam, putih, membosankan, dan segalanya. Tuhan luar biasa, menciptakan saya. Dengan kebaikan dan kejelekan, dengan talenta dan kekurangan, yang menjadikan saya perempuan seperti ini. Yang masih berdiri. Yang masih bermimpi. Yang masih mengejar. Dan masih berdoa.
Semoga Tuhan masih senang, meletakkan saya dalam berbagai tantangan. Semoga Tuhan belum bosan, membawa saya dalam masalah. Semoga Tuhan masih ingin buat saya rindu kembali memelukNya.
Tidak sabar. Untuk mewujudkan satu persatu. Semua yang dititipkan Tuhan. Tidak sabar. Untuk melihat rencana Tuhan untuk hidup saya. Dan saya tidak sabar, untuk berjuang. Di tahun-tahun yang akan datang.
Berjuang.
Certamen ergo sum.
Comments
Post a Comment