Menabung Pengalaman
Hai, sudah lama tak bersua.
Ya, kesibukan sudah menjadi rutinitas hari-hari saya.
Hmm, tidak sih, sebenarnya semuanya itu hanya butuh niat. Apalagi urusan menuangkan apa yang ada di kepala dalam bentuk tulisan, kalau tak ada niat, percumalah hanya berpendar lemah di relung pikiran kita. Dan akhir-akhir ini dengan alasan klise sudah lelah sepulang kuliah dan berkegiatan, saya selalu mengurungkan niat saya untuk sekedar menulis, tidak deng, mengetik dalam hal ini :)
Tapi malam ini, sejenak saya niatkan hati, pikiran, dan tentu jari-jari saya untuk menuangkan apa yang selama ini sudah ingin saya bagikan. Sejujurnya saya pun tidak tahu siapa yang masih rajin mengunjungi halaman ini, tapi biarkan setidaknya jikalau ada yang mau mampir sebentar, ada sesuatu yang bisa dibaca dan dirasa.
Jadi, sesuai judulnya, saya pun mau membagi sedikit tabungan pengalaman saya.
Satu bulan ini, entah saya sedang keranjingan berkegiatan atau memang kesempatan begitu saja memberi saya banyak cara untuk menabung pengalaman, saya jadi jarang menghuni kamar kos bahkan di akhir pekan. Mungkin karena sejak kecil selalu diajak ibu kemana-mana, lalu menginjak masa sekolah menengah saya selalu terjun dalam kegiatan-kegiatan baik di sekolah maupun di gereja atau masyarakat, makanya ketika kuliah pun bibit-bibit itu semakin tumbuh berkembang menjadikan saya seperti kutu loncat yang tidak betah duduk sebentar tanpa aktifitas.
Tidak juga sih, nyatanya, salah satu alasan kenapa saya jadi begitu senang menabung pengalaman adalah karena saya merasa hampir 20 tahun umur saya, saya belum memberikan apa-apa untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk Indonesia, untuk dunia.
Mungkin terdengar...ahhh berlebihan. Tapi itu begitu banyak menampar saya dan menjadikan saya sekarang selalu ingin ikut ini ikut itu sampai semua jadwal saya bertabrakan.
Pengalaman. Mungkin itu dulu yang bisa saya cari dan saya tabung. Saya belum mampu mencari uang sendiri, apalagi mendirikan suatu foundation, atau perkumpulan, atau bahkan suatu usaha. Tidak, yang saya cari barulah sekedar pengalaman. Dan tentu saja relasi.
Beberapa bulan yang lalu, sahabat saya, Sanchia, mengajak saya iseng mendaftar suatu program leadership, namanya Nutrifood Leadeship Award 2016. Apa itu? Saya juga awalnya tidak tahu, baru dengar kali itu. Sampai akhirnya saya mencari-cari informasi.
Ternyata acara itu begitu menarik. Mengajak anak-anak muda untuk berani jadi future leader. Kalau berhasil hingga final, kita akan menjalankan suatu project tertentu untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Awalnya program ini adalah program beasiswa dari PT. Nutrifood, namun setelah sekian tahun berjalan, akhirnya program ini dikembangkan untuk melatih dan memberi penghargaan kepada calon pemimpin-pemimpin muda yang berani merubah dunia.
Akhirnya saya mendaftarkan diri dengan mengisi form secara online dan menulis essay. Tak banyak berharap, namun saya tetap selalu berdoa agar bisa diberi kesempatan untuk setidaknya lolos ke babak selanjutnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, sekitar 3 minggu setelah penutupan pendaftaran, saya mendapatkan email dari PT. Nutrifood. Dan ya, saya lolos ke babak selanjutnya, yaitu babak audisi kota. Dengan semangat saya juga bertanya pada sahabat saya, Sanchia, namun sayang dia tidak lolos, saya pun tetap menyemangatinya supaya tahun depan mencoba lagi.
Di babak audisi kota, saya akan bertemu dengan sekitar 40 mahasiswa dari daerah region Yogyakarta dan sekitarnya. Audisi kota diadakan di 4 kota, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung. Sekitar 200 mahasiswa akan beraudisi bersama di masing-masing kota, nantinya 20 mahasiswa akan lolos dan maju ke babak semifinal.
Sebelum menghadiri babak audisi kota yang diadakan di Universitas Sanata Darma, saya sempat iseng stalking nama-nama peserta lain yang mengikuti audisi di Yogyakarta. Tidak disangka, saya bagaikan butiran debu diantara mereka. Lewat sosial media, saya bisa melihat mereka adalah pribadi-pribadi yang ternyata ibu dari segala ibu kutu loncat seperti saya. Aktifnya luar biasa! Bahkan baru melihat profile saja, saya sudah minder melihat begitu banyak gelar dan kegiatan yang mereka cantumkan disana. Begitu melihat foto-fotonya, ternyata lebih minder lagi saya dibuatnya. Ada yang tergabung dalam program leadership ini, leadeship itu, beasiswa ini, beasiswa itu, bahkan ada sebagian yang telah berhasil mendirikan suatu badan/foundation, ada yang menjadi ketua BEM lah, ketua Himpunan lah, program pertukaran pelajar kesana kemari, yang membuat saya semakin merasa tidak percaya diri.
Namun satu-satunya yang jadi kekuatan saya saat itu adalah diri saya sendiri. Saya mungkin merasa minder, tapi mereka tetaplah bukan manusia sempurna, dan mungkin saya lah yang nanti jadi pelengkapnya. Ya karena satu-satunya yang bisa saya gunakan untuk lebih percaya diri adalah menjadi diri sendiri, menjadi unik, tak peduli diluar sana ada banyak orang yang lebih hebat dari saya.
Satu hal yang saya sadari dan jadi pelajaran pertama saya adalah mereka begitu rajin menabung pengalaman. Maka tak heran, begitu banyak gelar dan penghargaan yang bisa mereka dapat bahkan mungkin di usia yang masih begitu belia.
Esoknya, dengan kepercayaan diri yang seadanya, saya berangkat menuju tempat audisi. Ketika hadir, baru ada 2 orang yang sudah siap di tempat audisi. Saya pun berusaha berbaur dan berkenalan, ternyata mereka pun datang jauh-jauh dari luar Yogyakarta. Semakin siang, semakin banyak yang berdatangan. Kami saling berkenalan satu sama lain.
Komunikasi dan berani, jadi pelajaran kedua saya hari itu.
Saya termasuk orang yang sulit sekali memulai pembicaaran terlebih dahulu. Itu salah satu kelemahan saya yang sudah lama saya sadari. Terkadang, sudah ada skenario pembicaraan dalam otak, tapi ujung-ujungnya saya hanya akan diam dan menunggu orang lain yang mengajak bicara. Namun hari itu, saya berusaha keras untuk mengurangi bahkan menghilangkan kelemahan saya itu.
Saya terus berusaha berkenalan satu sama lain, berbagi cerita, bertanya kuliah dimana, semester berapa, lagi sibuk apa, jurusan apa. Dan ya! Ternyata itu semua sangat menyenangkan. Dari perkenalan-perkenalan singkat itu, saya jadi tahu bahwa rata-rata peserta lain telah memasuki semester akhir dan bahkan ada beberapa yang sudah wisuda. Saya jadi merasa muda.
Waktu berlalu, acara pun dimulai. Saya merasakan euforia yang telah begitu lama saya rindukan. Saya rindu berdinamika dengan orang-orang hebat! Selama ini mungkin saya begitu disibukkan dengan lingkungan yang sama, lingkungan nyaman saya, hingga saya tidak menyadari bahwa keluar dari zona nyaman pun begitu menantang dan menarik. Saya tak bisa menjelaskannya dalam kata-kata, yang jelas perasaan itu seperti perasaan bahagia berada di lingkungan yang sevisi denganmu, semimpi denganmu, secita-cita denganmu, namun punya berbagai cara dan proses yang berbeda untuk mewujudkannya. Kolaborasi menghasilkan aksi. Aksi mewujudnyatakan mimpi.
Begitu dalam hingga saya begitu larut dalam suasana. Tak ada sedikit pun kata lelah atau mengeluh karena waktu semakin siang, lapar semakin terasa. Dalam bagian acara yang pertama, saya dan peserta lain dibagi dalam kelompok kecil dan diajak untuk mengikuti mini outbound yang begitu kreatif dan menyenangkan. Tentu saja kegiatan itu melatih kami untuk mampu berdinamika satu sama lain, saling mengisi, belajar mendengarkan orang lain, belajar fokus, percaya pada orang lain, dan lebih lagi mengenal Indonesia.
Dalam game terakhir, kelompok-kelompok kecil ini digabung menjadi kelompok besar dan diminta untuk menyatukan puzzle yang berisi not-not nada suatu lagu. Dalam game ini, akhirnya saya merasa bahwa talenta saya cukup bermanfaat, dan tentu saja membuat saya semakin percaya diri untuk melengkapi orang-orang hebat ini. Dan yaa, karena kebetulan saya tidak terlalu buta not, saya pun dapat membantu kelompok besar ini untuk menebak lagu apa yang diberikan panitia.
Setelah mini outbound dan makan siang, masuklah kami dalam sesi audisi yang sebenarnya. Kami diberikan suatu isu yang sedang hangat di Indonesia maupun dunia lalu kami diminta satu persatu memberikan pernyataan atau tanggapan mengenai isu tersebut. Satu persatu kami maju ke depan, memberikan tanggapan terbaik kami, termasuk saya sendiri yang masih ingat mendapat isu mengenai remisi bagi tahanan tindak pidana korupsi.
Pelajaran selanjutnya, saya sadar bahwa jadi pemimpin itu harus punya wawasan luas, dan tentu saja harus mampu kritis untuk menanggapi isu-isu yang terjadi di masyarakat.
Jawaban-jawaban peserta lain begitu luar biasa. Saya sendiri jujur tidak merasa tersaingi oleh mereka. Bukan karena saya merasa lebih hebat, tapi karena saya merasa otak saya terisi dengan gagasan-gagasan luar biasa dari mereka. Mereka seolah membuka mata saya bahwa kita ini kaum muda memang punya potensi luar biasa untuk mengubah dunia. Memang inilah yang harus bisa kita lakukan sebagai kaum muda, berani berbicara, tapi juga berani bertindak. Audisi ini bukan halnya seperti audisi yang pesertanya begitu tegang saling berkompetisi satu sama lain, tetapi lebih terasa seperti ajang dan wadah bagi kaum muda untuk menunjukkan potensi serta gagasan positif untuk Indonesia maupun dunia yang lebih baik.
Tak terasa, waktu memisahkan kami. Akhirnya acara audisi kota NLA 2016 telah selesai. Saya pulang membawa begitu banyak tabungan pengalaman, tabungan persahabatan, tabungan untuk saya yang lebih percaya diri.
Beberapa hari lalu, telah diadakan semifinal NLA 2016 di Jakarta, dan saya pun telah mengetahui siapa yang lolos hingga menjadi finalisnya. Saya memang tidak lolos, tidak sedikitpun saya merasa kecewa. Bahkan ketika pulang dari audisi kota itu, saya merasa jadi salah satu anak dari ribuan anak yang paling beruntung boleh diberi kesempatan untuk mengenal orang-orang hebat lewat wadah NLA 2016. PT. Nutrifood dan teman-teman NLA 2016 perlahan-lahan menjadikan saya pribadi yang tergugah untuk lebih berkontribusi bagi Indonesia dan dunia. Saya semakin tertantang, semakin bersemangat, untuk membuktikan bahwa saya mampu dan bisa. Tapi ini semua pun bukan hanya ajang pembuktian, namun bagaimana saya bisa menjadi diri saya dan bermanfaat untuk orang lain. Bukan hanya memperkaya diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain.
Mungkin itu sedikit tabungan yang bisa saya bagikan dalam halaman ini. Semoga suatu hari, tabungan saya akan semakin banyak, membuat saya boleh menikmati bunga-bunga dari tabungan ini di masa depan. Saya tidak akan berhenti mencari, supaya pada akhirnya sungguh saya bisa merasa berguna boleh hidup di dunia ini. Berguna untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk Indonesia, dan untuk dunia.
Ya, kesibukan sudah menjadi rutinitas hari-hari saya.
Hmm, tidak sih, sebenarnya semuanya itu hanya butuh niat. Apalagi urusan menuangkan apa yang ada di kepala dalam bentuk tulisan, kalau tak ada niat, percumalah hanya berpendar lemah di relung pikiran kita. Dan akhir-akhir ini dengan alasan klise sudah lelah sepulang kuliah dan berkegiatan, saya selalu mengurungkan niat saya untuk sekedar menulis, tidak deng, mengetik dalam hal ini :)
Tapi malam ini, sejenak saya niatkan hati, pikiran, dan tentu jari-jari saya untuk menuangkan apa yang selama ini sudah ingin saya bagikan. Sejujurnya saya pun tidak tahu siapa yang masih rajin mengunjungi halaman ini, tapi biarkan setidaknya jikalau ada yang mau mampir sebentar, ada sesuatu yang bisa dibaca dan dirasa.
Jadi, sesuai judulnya, saya pun mau membagi sedikit tabungan pengalaman saya.
Satu bulan ini, entah saya sedang keranjingan berkegiatan atau memang kesempatan begitu saja memberi saya banyak cara untuk menabung pengalaman, saya jadi jarang menghuni kamar kos bahkan di akhir pekan. Mungkin karena sejak kecil selalu diajak ibu kemana-mana, lalu menginjak masa sekolah menengah saya selalu terjun dalam kegiatan-kegiatan baik di sekolah maupun di gereja atau masyarakat, makanya ketika kuliah pun bibit-bibit itu semakin tumbuh berkembang menjadikan saya seperti kutu loncat yang tidak betah duduk sebentar tanpa aktifitas.
Tidak juga sih, nyatanya, salah satu alasan kenapa saya jadi begitu senang menabung pengalaman adalah karena saya merasa hampir 20 tahun umur saya, saya belum memberikan apa-apa untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk Indonesia, untuk dunia.
Mungkin terdengar...ahhh berlebihan. Tapi itu begitu banyak menampar saya dan menjadikan saya sekarang selalu ingin ikut ini ikut itu sampai semua jadwal saya bertabrakan.
Pengalaman. Mungkin itu dulu yang bisa saya cari dan saya tabung. Saya belum mampu mencari uang sendiri, apalagi mendirikan suatu foundation, atau perkumpulan, atau bahkan suatu usaha. Tidak, yang saya cari barulah sekedar pengalaman. Dan tentu saja relasi.
Beberapa bulan yang lalu, sahabat saya, Sanchia, mengajak saya iseng mendaftar suatu program leadership, namanya Nutrifood Leadeship Award 2016. Apa itu? Saya juga awalnya tidak tahu, baru dengar kali itu. Sampai akhirnya saya mencari-cari informasi.
Ternyata acara itu begitu menarik. Mengajak anak-anak muda untuk berani jadi future leader. Kalau berhasil hingga final, kita akan menjalankan suatu project tertentu untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Awalnya program ini adalah program beasiswa dari PT. Nutrifood, namun setelah sekian tahun berjalan, akhirnya program ini dikembangkan untuk melatih dan memberi penghargaan kepada calon pemimpin-pemimpin muda yang berani merubah dunia.
Akhirnya saya mendaftarkan diri dengan mengisi form secara online dan menulis essay. Tak banyak berharap, namun saya tetap selalu berdoa agar bisa diberi kesempatan untuk setidaknya lolos ke babak selanjutnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, sekitar 3 minggu setelah penutupan pendaftaran, saya mendapatkan email dari PT. Nutrifood. Dan ya, saya lolos ke babak selanjutnya, yaitu babak audisi kota. Dengan semangat saya juga bertanya pada sahabat saya, Sanchia, namun sayang dia tidak lolos, saya pun tetap menyemangatinya supaya tahun depan mencoba lagi.
Di babak audisi kota, saya akan bertemu dengan sekitar 40 mahasiswa dari daerah region Yogyakarta dan sekitarnya. Audisi kota diadakan di 4 kota, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung. Sekitar 200 mahasiswa akan beraudisi bersama di masing-masing kota, nantinya 20 mahasiswa akan lolos dan maju ke babak semifinal.
Sebelum menghadiri babak audisi kota yang diadakan di Universitas Sanata Darma, saya sempat iseng stalking nama-nama peserta lain yang mengikuti audisi di Yogyakarta. Tidak disangka, saya bagaikan butiran debu diantara mereka. Lewat sosial media, saya bisa melihat mereka adalah pribadi-pribadi yang ternyata ibu dari segala ibu kutu loncat seperti saya. Aktifnya luar biasa! Bahkan baru melihat profile saja, saya sudah minder melihat begitu banyak gelar dan kegiatan yang mereka cantumkan disana. Begitu melihat foto-fotonya, ternyata lebih minder lagi saya dibuatnya. Ada yang tergabung dalam program leadership ini, leadeship itu, beasiswa ini, beasiswa itu, bahkan ada sebagian yang telah berhasil mendirikan suatu badan/foundation, ada yang menjadi ketua BEM lah, ketua Himpunan lah, program pertukaran pelajar kesana kemari, yang membuat saya semakin merasa tidak percaya diri.
Namun satu-satunya yang jadi kekuatan saya saat itu adalah diri saya sendiri. Saya mungkin merasa minder, tapi mereka tetaplah bukan manusia sempurna, dan mungkin saya lah yang nanti jadi pelengkapnya. Ya karena satu-satunya yang bisa saya gunakan untuk lebih percaya diri adalah menjadi diri sendiri, menjadi unik, tak peduli diluar sana ada banyak orang yang lebih hebat dari saya.
Satu hal yang saya sadari dan jadi pelajaran pertama saya adalah mereka begitu rajin menabung pengalaman. Maka tak heran, begitu banyak gelar dan penghargaan yang bisa mereka dapat bahkan mungkin di usia yang masih begitu belia.
Esoknya, dengan kepercayaan diri yang seadanya, saya berangkat menuju tempat audisi. Ketika hadir, baru ada 2 orang yang sudah siap di tempat audisi. Saya pun berusaha berbaur dan berkenalan, ternyata mereka pun datang jauh-jauh dari luar Yogyakarta. Semakin siang, semakin banyak yang berdatangan. Kami saling berkenalan satu sama lain.
Komunikasi dan berani, jadi pelajaran kedua saya hari itu.
Saya termasuk orang yang sulit sekali memulai pembicaaran terlebih dahulu. Itu salah satu kelemahan saya yang sudah lama saya sadari. Terkadang, sudah ada skenario pembicaraan dalam otak, tapi ujung-ujungnya saya hanya akan diam dan menunggu orang lain yang mengajak bicara. Namun hari itu, saya berusaha keras untuk mengurangi bahkan menghilangkan kelemahan saya itu.
Saya terus berusaha berkenalan satu sama lain, berbagi cerita, bertanya kuliah dimana, semester berapa, lagi sibuk apa, jurusan apa. Dan ya! Ternyata itu semua sangat menyenangkan. Dari perkenalan-perkenalan singkat itu, saya jadi tahu bahwa rata-rata peserta lain telah memasuki semester akhir dan bahkan ada beberapa yang sudah wisuda. Saya jadi merasa muda.
Sonia, Akun Undip 2015. Akhirnya, ada satu teman yang seangkatan! Dia anak AIESEC lho, baru saja pulang dari Filipina, waa cool!
Kelompok 4, termasuk dua orang luar biasa, Mas Nanda (ujung kanan) dan Ci Grace (dua dari kiri) berkesempatan lolos sampai babak final! Keren!
Begitu dalam hingga saya begitu larut dalam suasana. Tak ada sedikit pun kata lelah atau mengeluh karena waktu semakin siang, lapar semakin terasa. Dalam bagian acara yang pertama, saya dan peserta lain dibagi dalam kelompok kecil dan diajak untuk mengikuti mini outbound yang begitu kreatif dan menyenangkan. Tentu saja kegiatan itu melatih kami untuk mampu berdinamika satu sama lain, saling mengisi, belajar mendengarkan orang lain, belajar fokus, percaya pada orang lain, dan lebih lagi mengenal Indonesia.
Dalam game terakhir, kelompok-kelompok kecil ini digabung menjadi kelompok besar dan diminta untuk menyatukan puzzle yang berisi not-not nada suatu lagu. Dalam game ini, akhirnya saya merasa bahwa talenta saya cukup bermanfaat, dan tentu saja membuat saya semakin percaya diri untuk melengkapi orang-orang hebat ini. Dan yaa, karena kebetulan saya tidak terlalu buta not, saya pun dapat membantu kelompok besar ini untuk menebak lagu apa yang diberikan panitia.
Ini gaya saya (gaya punggung) membantu teman-teman menebak lagu Cik-Cik Periuk
Pelajaran selanjutnya, saya sadar bahwa jadi pemimpin itu harus punya wawasan luas, dan tentu saja harus mampu kritis untuk menanggapi isu-isu yang terjadi di masyarakat.
Jawaban-jawaban peserta lain begitu luar biasa. Saya sendiri jujur tidak merasa tersaingi oleh mereka. Bukan karena saya merasa lebih hebat, tapi karena saya merasa otak saya terisi dengan gagasan-gagasan luar biasa dari mereka. Mereka seolah membuka mata saya bahwa kita ini kaum muda memang punya potensi luar biasa untuk mengubah dunia. Memang inilah yang harus bisa kita lakukan sebagai kaum muda, berani berbicara, tapi juga berani bertindak. Audisi ini bukan halnya seperti audisi yang pesertanya begitu tegang saling berkompetisi satu sama lain, tetapi lebih terasa seperti ajang dan wadah bagi kaum muda untuk menunjukkan potensi serta gagasan positif untuk Indonesia maupun dunia yang lebih baik.
Tak terasa, waktu memisahkan kami. Akhirnya acara audisi kota NLA 2016 telah selesai. Saya pulang membawa begitu banyak tabungan pengalaman, tabungan persahabatan, tabungan untuk saya yang lebih percaya diri.
Beberapa hari lalu, telah diadakan semifinal NLA 2016 di Jakarta, dan saya pun telah mengetahui siapa yang lolos hingga menjadi finalisnya. Saya memang tidak lolos, tidak sedikitpun saya merasa kecewa. Bahkan ketika pulang dari audisi kota itu, saya merasa jadi salah satu anak dari ribuan anak yang paling beruntung boleh diberi kesempatan untuk mengenal orang-orang hebat lewat wadah NLA 2016. PT. Nutrifood dan teman-teman NLA 2016 perlahan-lahan menjadikan saya pribadi yang tergugah untuk lebih berkontribusi bagi Indonesia dan dunia. Saya semakin tertantang, semakin bersemangat, untuk membuktikan bahwa saya mampu dan bisa. Tapi ini semua pun bukan hanya ajang pembuktian, namun bagaimana saya bisa menjadi diri saya dan bermanfaat untuk orang lain. Bukan hanya memperkaya diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain.
Mungkin itu sedikit tabungan yang bisa saya bagikan dalam halaman ini. Semoga suatu hari, tabungan saya akan semakin banyak, membuat saya boleh menikmati bunga-bunga dari tabungan ini di masa depan. Saya tidak akan berhenti mencari, supaya pada akhirnya sungguh saya bisa merasa berguna boleh hidup di dunia ini. Berguna untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk Indonesia, dan untuk dunia.
Welcome, Future Leaders!
Comments
Post a Comment