Menjajal Ikut Kompetisi

Ini adalah satu dari sekian banyak draft yang akhirnya akan saya selesaikan dan saya publish.

Setelah sekian tahun, mungkin sekitar 2 tahun saya berkuliah di jurusan Teknik Sipil, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengikuti sebuah kompetisi. Tepatnya satu tahun lalu, saya yang udah gatel banget pengen ikut kompetisi, akhirnya tertarik buat daftar sebuah lomba tingkat nasional. Oh iya, sebelumnya, saya sebenarnya udah pernah ikut lomba tingkat nasional, cuma karena partner lomba saya waktu itu sibuk, alhasil proposal lombanya belum selesai dan yaa sudahlah gajadi ikutan deh. 

Waktu itu sebenarnya adalah masa-masa tersibuk saya. Baru masuk semester 5, masih aktif di himpunan, saat itu saya juga tergabung untuk jadi panitia volunteer salah satu acara besar, Asian Youth Day 2017 di Yogyakarta (next saya ceritakan bagian ini), dan masih panitia ini itu lah di kampus. Dengan bermodal nekat, saya mengajak teman saya Ariel dan Bima untuk ikut lomba ini. 

Lombanya diadakan oleh salah satu universitas negri ternama di Semarang, siapalagi kalo bukan Universitas Diponegoro. Lombanya apa? Siapa bisa tebak? Yap, saya ikut lomba desain jembatan. 

Waktu semester 5 itu, jujur aja saya belum dapet materi untuk mendesain suatu struktur menggunakan aplikasi (nama aplikasinya SAP atau ETABS). Dan saya juga belum mendapat mata kuliah Struktur Jembatan yang notabenenya adalah mata kuliah pilihan di kampus saya. Tapi kenapa akhirnya saya ikut? I challenge myself. Waktu itu yang ada di pikiran saya cuma ya nekat aja, siapatau lolos sampai final. Karena jujur aja lomba-lomba di Teknik Sipil itu kebanyakan berbau beton dan tender, yang lagi-lagi saya kurang begitu tertarik (walaupun sebelumnya saya ikut lomba tender). 

Singkat cerita, di bulan Agustus 2017, poster dan pengumuman lomba sudah keluar. Saya sudah lupa persis tanggal-tanggalnya. Yang pasti, waktu persiapan untuk pengumpulan proposal hanya sekitar 1 bulan dari batas akhir pendaftaran. Dua minggu pertama, kami cuma ngobrol-ngobrol ringan dan mencari dosen pembimbing. Kami langsung meminta tolong salah satu dosen struktur yang ahli di bidang jembatan, namanya Ko Johan. Kenapa dipanggil koko? Iya soalnya beliau masih muda, cuma beda 4 tahun sama saya wkwk jadi yaudah, beliau juga gak masalah di panggil Ko Johan. 

Lomba ini bener-bener capek. Seriously. 
Kenapa? 
Soalnya waktu itu masih hawa liburan dan otak kami dipaksa mikir mata kuliah yang belom pernah diajarin sebelumnya. Bahkan saya baru mengambil mata kuliah itu di semester 6. Nice vi. Kalau bukan karena udah terlanjur bayar uang pendaftaran, mungkin saat itu saya mikir mau mundur aja. Tapi untungnya, saya dan tim enggak mundur. Kebetulan saya punya kenalan kakak kelas di UGM yang tahun lalu menang di lomba yang sama. Akhirnya saya yang waktu itu cuma berpedoman dari proposal dia, mencoba deh menggarap lomba itu dalam waktu super singkat. 

Bima, spesialis menghitung di aplikasi SAP. Saya dan Ariel bagian printilan mengurus proposal. Dan jujur aja kalau tanpa campur tangan Ko Johan (yang lebih layak disebut orang ke-empat dan paling berjasa dalam kelompok) mungkin proposal kami enggak akan selesai tepat waktu. Oiya, jadi sistem lomba ini adalah pengumpulan proposal, setelah itu akan dipilih 10 besar proposal terbaik dan akan diundang untuk membuat jembatan dan mengujinya langsung di Undip. Goals dari lomba ini adalah mencari jembatan yang paling kuat, paling efisien (dalam desain, pengerjaan, dan harga), dan apa ya kok saya lupa, pokoknya kita akan diminta untuk membuat prototype jembatan berukuran 1 meter dengan kayu balsa dan jembatan itu diharapkan bisa menjadi desain yang bisa diaplikasikan di dunia nyata. 

Satu minggu terakhir sebelum pengumpulan proposal adalah masa-masa paling hectic. Setiap malam, kami berjuang menyelesaikan proposal. Jujur aja kami bukan tim yang bener-bener kompak. Jarang banget garap bareng, bahkan asistensi pun paling cuma bisa 2 orang yang datang. Oiya, nama tim kami Aegis, dan kami menamai jembatan kami Jembatan Carani. Aegis itu nama salah satu kedai kopi di Jogja yang kebetulan jadi basecamp kami pertama kali waktu bahas jembatan ini sama Ko Johan. Dan Carani saya udah agak lupa terinspirasi darimana, tapi seinget saya sih itu pokoknya ada artinya dan artinya baik, sumpah lupa wkwkw

Ko Johan banyak banget bantu, dari membenarkan perhitungan di aplikasi, sampai permodelan di Sketch Up (waktu itu saya, Bima, dan Ariel enggak fasih sama aplikasi ini, soalnya ini lebih familiar dipake temen-temen Arsitek). Tapi Ko Johan bisa?? Iya, dia bisa, dan jago parah haha. Dan ternyata selidik punya selidik, dia emang dulu pengennya masuk Arsitek, tapi apa daya dia malah nyangkut di Sipil. But that was really cool! 

Saya cuma inget, ada satu kejadian yang bener-bener bikin saya banyak berterimakasih sama Ko Johan udah mau bantu sampe ke titik ini. Waktu itu kami mengerjakan di sebuah warnet cafe yang emang buka 24 jam, bentar saya lupa namanya. Pokoknya di daerah Jalan Kaliurang (setelah mikir beberapa menit saya tetep lupa namanya) wkwkw maafkan. Nah kita ngerjain itu sampe sekitar jam 2 pagi. Setelah pulang, ternyata Ko Johan ngalamin kecelakaan tunggal di flyover Jombor. Untung beliau gapapa, cuma luka-luka aja, tapi lumayan mobilnya masuk bengkel. Katanya sih waktu itu ada orang yang kayak ngejar gitu dari Jalan Kaliurang, makanya Ko Johan jadi agak ngebut. Gara-gara kejadian itu, saya setim jadi bener-bener ngerasa enggak enak karena Ko Johan sebaik itu bela-belain temenin kami garap sampai jam 2 pagi :") 

Di hari-hari terakhir sebelum pengumpulan proposal, saya dan tim sampe rela bolos beberapa mata kuliah untuk ngeprint dan segala macamnya. Saya enggak tidur. Inget banget. Saya baru tidur jam 7 pagi. Dan perjuangan-perjuangan lainnya yang kami lakuin demi menyelesaikan segepok proposal yang super tebal dan berangkap-rangkap (mahal cyiin ngeprintnya). Hidup saya agak sedikit tenang setelah proposal sampai di tangan panitia di detik-detik terakhir. Waktu itu, saya cuma bersyukur karena saya dan tim sudah menyelesaikan tahap pertama, setelahnya, kami bener-bener pasrah. 

Beberapa minggu kemudian, jeng jeng jeng, saatnya pengumuman finalis. Seingat saya, dulu yang dinyatakan finalis hanya 5 tim, tapi entah kenapa ada ralat dari panitia dan yang diloloskan ke babak final ada 10 tim. And we are the chosen one! Waktu itu inget banget, saya lagi nonton film di bioskop. Tapi hidup saya enggak tenang banget hari itu, deep down in my heart, saya pengen banget lolos. Tapi udah sempet minder duluan mikir bakal banyak univ-univ lain yang ikut dan kemungkinan besar lolos. Dan lebih bangganya lagi, kami satu-satunya universitas swasta yang lolos sepuluh besar, karena 9 sisanya adalah PTN, dari UNDIP, ITB, UGM, ITS, UI, apalagi ya (saya lupa, nanti saya lampirin deh ya screenshot pengumumannya!)

KYAAA LOLOS !!

Dan sejak hari itu, hidup saya jadi tak tenang lagi hahahah 
Karena artinya, saya dan tim harus membuat prototype jembatan yang jujur aja waktu mendesain, kami enggak bener-bener kebayang kalo dibuat beneran bakal kayak apa bentuknya. Bahan dasar pembuatan jembatan kami adalah kayu balsa. Yang lagi-lagi saya enggak tau kayu balsa itu kayak apa. Ternyata, temen-temen Arsitek sering pakai itu untuk buat maket. Mulailah perburuan saya mencari kayu balsa di Jogja. Dari menghubungi temen Arsitek yang memang jual kayu balsa, mencari balsa di seantero Jogja, sampai berusaha cari online. Karena kami butuh stock yang cukup banyak (karena harus belajar buat), makanya kami berkali-kali harus bolak balik untuk beli di beberapa tempat. Beberapa kali sempat kehabisan stock, karena ukuran balsa yang kami butuhkan adalah ukuran yang juga dibutuhkan banyak orang. Belum lagi perburuan mencari baut dengan ukuran paling kecil, yang hanya bisa kami temukan di satu toko baut di Jogja yang letaknya lumayan jauh dari kampus. 

Waktu persiapan kami menuju final hanya sekitar 2 minggu, dan waktu itu, kami sedang UTS. Kami harus membuat cetakan potongan kayu (thanks to Mas Boni yang bantu banyak bikin cetakan, dia salah satu anak Arsitek yang saya pekerjakan jadi tukang bikin cetakan dan nganter saya ke sana sini hahahaha), harus belajar ngebor (dan percayalah ngebor kayu balsa yang sangat tipis itu susah setengah mati, cuma Bima yang ahli), dan belajar memasukkan printilan-printal baut yang super kecil itu. Setiap hari, di sisa-sisa waktu persiapan, saya dan tim harus berjuang latihan membuat jembatan (yang jujur aja bentuknya unik) di laboratorium struktur dengan waktu yang dibatasi (karena di proposal kami mencantumkan waktu pengerjaannya 180 menit, yang lagi-lagi itu cuma waktu perkiraan kami dan ternyata sangat mepet untuk membuat satu buat prototype jembatan sepanjang 1 meter).

Capture by Ko Johan yang kameranya sangat bagus hahaha

Gak cuma belajar bikin jembatan, kami juga sempat menguji jembatan dengan beban seadanya (jadi kami pakai ember yang digantungkan dengan kawat dan diisi silinder-silinder beton sampai bebannya sekitar 50 kg) karena di lab kami belum ada alat tekan yang bisa digunakan untuk prototype kecil. Setelah perjuangan membuat jembatan dan persiapan presentasi yang kerasanya tiada akhir ini, akhirnya kami berangkat ke Semarang. And again, thanks to Benny Darmawan yang mau mengantar kami jauh-jauh ke Semarang dengan kondisi udah mulai technical meeting dan kami baru berangkat dari Jogja!! wkwkkwwk 

Untung aja panitia dan LO kami baik banget, yang akhirnya memperbolehkan kami terlambat selambat-lambatnya. Terimakasih Grace (dia kebetulan temen satu smanya Ariel) dan El si imut yang baik banget nganter kami kemana-mana). Waktu masuk ruang TM, jujur aja minder setengah mampus karena semua pakai jas almamater yang sudah tak asing lagi bagikuuu~~ jakun UI, jaket biru kebanggaan kampus ITB dan UNDIP, jas biru mudanya ITS, dan kami dengan jas almamater kuning gading kebanggaan kami melengos masuk ruangan tanpa rasa bersalah. Waktu itu kami duduk asal di belakang peserta dari UI. Dan itu jadi awal kedekatan kami sama mereka. Kami kenalan satu sama lain, ada Aya, Lia, dan Andi. Sama-sama 2 cewe 1 cowo, dan sejak detik itu, kami jadi dua tim yang enggak terpisahkan selama acara. 

Hari pertama setelah TM, kami disibukkan untuk persiapan akhir dan bikin jembatan sekali untuk terakhir kali sebelum kami akan bertanding bersama dengan 9 tim lainnya besok. Pembagian tugas sudah kami lakukan tapi masih merasa gak pede karena terlalu mepet untuk menyelesaikan jembatan dalam waktu 180 menit. Tapi yaudahlah ya, gas aja coy! 

Dan akhirnya hari pertandingan pun tiba. Jujur senervous itu!! Belum pernah melangkah sejauh ini mewakili Sipil UAJY berhadapan dengan 9 tim dari PTN ternama. Kami cuma berusaha bodo amat dan enggak mau ngeliat jembatan-jembatan lain. Oiya waktu itu kami juga diminta untuk membuat X Banner yang berisi informasi tentang jembatan kami. Dan sekali lagi makasih buat tukang desain kami, Roy yang bisa banget dimintai tolong malem hari, besok paginya udah jadi! Waktu baca dan melihat desain jembatan dari tim lain, makin makin deh kami minder karena desain mereka kreatif-kreatif banget. 


Penilaian jembatan ini juga meliputi berat (dicari yang paling ringan), dimensi (harus sesuai dengan desain), dan kesaman dengan desain (jadi gak boleh beda dengan desain di proposal). Waktu diumumkan jadi finalis, Ko Johan sempat menyarankan untuk menambah plat berbahan triplek sebagai perkuatan sambungan. Tapi saya ingat pesan kakak kelas saya yang tahun lalu menang, dia bilang jangan berani-berani kamu ganti atau nambah sesuatu di jembatanmu kalau kamu gamau nilaimu dipotong 50%. Kami bener-bener main aman dan menjalankan semua sesuai desain. Setelah perjuangan 180 menit terhectic hari itu, kami selesai, bahkan kami punya sisa waktu dari yang kami targetkan sebelumnya. Setelah ditimbang dan diukur semua dimensinya, jembatan kami juga sesuai dengan desain yang kami cantumkan dalam proposal. Beberapa tim lawan kami juga telah menyelesaikan jembatan mereka, namun ada beberapa yang tidak dapat menyelesaikan, so sad :( setelah mengobrol dengan mereka, ternyata di daerah mereka sulit sekali menemukan kayu balsa, sehingga mereka tidak sempat untuk latihan membuat jembatan sebelumnya. 

Esoknya, adalah tahap presentasi. Dan lagi-lagi kami tim yang sangat tidak siap dibuat kagok dengan pertanyaan-pertanyaan juri yang aduhai sulitnya. Tapi yasudah diskip saja bagian ini karena jujur aj buat saya bagian presentasi agak failed, tapi kami masih berharap bisa mengejar di nilai uji jembatan kami. Dan ya! Tuhan memang baik. Sangat baik. Saat jembatan kami diuji, jembatan kami mampu menahan hingga kekuatan melebihi 50% dari kekuatan yang kami targetkan dan menjadi salah satu dari 3 besar jembatan terkuat. 
Ini waktu kami dihabisi oleh tim juri hahahah

Malamnya, adalah malam awarding. Malam itu, kami hanya bisa pasrah. Banyak desas desus, tapi entah mengapa hati saya mengatakan, paling tidak kami bisa menggondol salah satu juara malam itu (pede banget sih hahaha). Banyak yang bilang jembatan kami unik, dan mempertahankan desain sesuai dengan proposal. Karena banyak kabar burung yang mengatakan hampir 50% tim mendapat pengurangan setengah poin total karena mengubah desain dari proposal (entah itu mengurangi atau menambah). Kami malam itu sengaja tak membawa jas almamater, kami hanya berangkat menggunakan korsa sipil (waktu itu bener-bener enggak berharap menang). Tapi saya sih masih berharap dapat nomor.....hahahhaha kami sudah tau bahwa teman-teman kami dari UI akan merebut juara 1, karena jembatan mereka menjadi jembatan terkuat (poinnya sudah pasti tinggi). 

Dan jeng jeng jeng 
Waktu pengumuman pun tiba
Diumumkan terlebih dahulu untuk pemenang The Strongest Bridge, The Most Realistic Model, dan The Most Efficient Construction Time. Benar saja, jembatan terkuat dan terefisien diberikan untuk jembatan milik teman-teman kami dari UI, sedangkan untuk most realistic model diberikan untuk teman-teman kami dari UGM. Kami yang satu meja dengan UI tak bisa berhenti berteriak atas kemenangan teman-teman kami. Sampai seisi ruangan bingung melihat kegaduhan kami (iya kami emang yang paling sering bareng dan paling berisik selama acara). 

Dan tibalah ke pengumuman tiga besar 
Dan ya
Gausah lama-lama
Aegis juara 3 saudara-saudara!!! Waktu nama tim kami disebut, saya cuma cengok, Bima apalagi. Beberapa detik kemudian karena Andi, Aya, dan Lia teriak, baru saya sadar kalau kami menang! Puji Tuhan! Bener-bener saya sebahagia ituuuu sodara-sodara hahahaha 

Juara 2 diraih oleh Tim dari UNDIP, dan seperti yang sudah saya prediksi, tim UI menjadi juara pertama. Kami sesenang itu. Dua tim yang sejak awal selalu bareng, deg-degan bareng sebelum presentasi, sampai bikin multiple chat di LINE biar bisa janjian bareng, akhirnya bisa berdiri di podium bareng juga. 
UAJY feat UI (lihat jembatan mereka yang sangat kokoh!)

Eh menang bareng!!!

Yak, mungkin sekian cerita tentang lomba jembatan terseru yang pernah saya ikuti! 

Dari awal enggak pernah nyangka akan seseru ini, penuh drama, penuh perjuangan selama hampir 3 bulan dari awal pendaftaran sampai babak final. Terimakasih AEGIS! Untuk Bima dan Ariel yang selalu sabar menghadapiku yang mungkin nyebelin karena sangat perfeksionis wkwk, tapi tanpa kalian saya gak bisa apa-apa sumpah. Makasih juga untuk Ko Johan yang benar-benar campur tangan lebih dari porsi seorang dosen pembimbing karena hampir setiap detail Ko Johan urus dan bantu kami. Makasih untuk Bu Eva yang ngasi sangu sebelum kami berangkat dan tentu saja dukungan prodi, Pak Nino, dan teman-teman semua. Untuk support tak terhingga dari teman-teman saya, untuk Aji yang dulu waktu pacarannya kepotong karena saya sibuk persiapan ini itu, untuk Boni yang enggak bosen-bosen saya mintain tolong ini itu, buat Benny yang nganter kami ke Semarang, Roy sang desainer, buat temen-temen UI, Andi, Aya, dan Lia yang enggak sombong sama sekali mau temenan sama kita yang hanya butiran debu dibanding kalian-kalian yang so smart hahaha, untuk Grace dan El LO terbaik yang sangat baiiikk melayani kerepotan kami yang banyak maunya, segenap panitia dan teman-teman semua yang mendukung. 

Karena dari kompetisi ini, saya gak cuma belajar mengejar ambisi untuk menang, tapi lebih dari itu, saya belajar untuk menyelesaikan apa yang saya mulai, saya belajar untuk bekerja maksimal, tidak setengah-setengah, dan saya belajar untuk percaya bahwa selalu ada keajaiban dibalik segala kesulitan dan tantangan yang saya hadapi. 

Terimakasih! Semoga bisa bercerita tentang pengalaman ikut lomba atau kompetisi lagi ya! 

Carani Bridge

Thankyou, AEGIS

Comments

  1. Halo kakk kebetulan pas baca ini saya lagi ngalamin heptic nya nyelesain proposal buat lomba jembatan balsa juga, suasana lagi liburan susah jadi ngumpulin tim nya wkwk kalo contoh bahan proposalnya saya minta boleh ga kakk??

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaampun maaf banget aku br sadar ad yg komen komen disini. boleh2, silahkan email aku ya, nanti bs ku kirimin. emailku di brigtavianey.vian@gmail.com

      Delete

Post a Comment

Popular Posts