Bedah Lagu Mas Tulus

Ketika lagu baru Tulus mampir di layar Spotifyku, tanpa ragu segera saja ku tekan tombol play untuk memainkannya. Sekali, dua kali, aku tidak terlalu peduli pada liriknya. Aku masih saja larut dengan sesuatu yang kulakukan saat itu. Lagu Tulus sudah sangat terbiasa ditelingaku, tipe-tipe lagu easy listening yang langsung terngiang dalam satu dua kali dengar. Ketiga kalinya, aku hentikan sejenak aktivitasku dan kuperhatikan satu demi satu kata-kata dalam lagunya. 

Daanggg! Keterlaluan kamu Mas Tulus. 

Seiya menyudahi, sekata pisah...tak sama lagi 
Apakah memang iya kita seiya sekata untuk akhirnya berpisah? 

Bersama dihadapi Engkau pun seperti tak enggan mengakhiri
Sepertinya memang kita masih senang bermain-main dalam kita yang dulu, ya? Masih saja bersua berdua, saling menggenggam tangan, kamu masih saja mencium keningku saat aku harus pulang, dan aku masih saja berani berharap tak pernah ada yang berbeda dari ini semua. 

Kudengan bunga baru, jiwa sepimu diobatinya 
Di sudut lain, nyatanya ada yang mengobati perih itu, ada yang hadir di sisiku saat aku begitu payah untuk sekedar bangun dari tempat tidurku. Ada yang berupaya keras untuk 'ada' saat aku terlalu larut dalam tangisan karena perpisahan itu. Ada yang mengulurkan tangannya saat aku begitu lelah bersakit-sakit.

Terus mencari celah, berdua bicara topik mengada-ada
Tapi masih saja. Berbicara denganmu selalu membawaku pulang. Adakan saja topik-topik itu. Aku membuat-buat. Kamu menanggapi. Atau sebaliknya. Sengaja tidak ku akhiri pembicaraan malam itu, supaya besok paginya masih bisa dengan mudah kulanjutkan. 

Ingkarkah kita? 
Entahlah. 

Aku coba dengan yang baru, ku kira hilang bayangmu 
Namun tiap dengan yang baru, rasanya seperti berbohong dan curangimu 
Hahahaha, no comment.

Ku dengan bunga baru, jiwa sepimu diobatinya 
Lagi, bahkan hingga bunga baruku tumbuh begitu luas di taman kehidupanku. Hingga ia berhasil mencuri hatiku, berhasil menyembuhkan luka-luka itu. 

Terus mencari celah, mengarang temu tuju mengada-ada 
Tapi masih saja, curi-curi aku mengajakmu keluar ke resto kesukaanku, dan favoritmu juga kan? Berkedok pertanyaan halus "kamu kangen gak sih" berujung kamu duduk didepanku, bercerita dan berkelakar tentang semua duniamu satu tahun terakhir. Tragis. Ada hati yang dibohongi. 

Detik-detik terus menitik, garis rindu menuju kamu
Jam demi jam, terus menggeram, rona rindumu pun kepadaku 
Bagaimana jika tahun demi tahun? Hahahahaha lebih tepat sepertinya. Tapi tunggu, apakah iya kamu juga merasakan hal sama? Atau hanya aku saja?

Mungkin kita butuhkan waktu, atau berdua mengingkari hati
Dulu mungkin benar. Tapi sekarang? Aku saja yang masih sibuk meminta waktu.  

Detik-detik terus menitik, kisah kita tidak bertitik 
Yes. Tanda tanya kah terus?

Danggg! Padahal aku tak pernah ceritakan kisah ini dengan Mas Tulus. Tapi semesta sepertinya membisikkannya pada seorang yang berkesempatan untuk menceritakannya lewat alunan lagu. Halah, ilmu cocoklogimu makin ahli saja, Vi. 

Tidak tidak. 
Lagu ini tak sedikitpun membuatku menangisi masa lalu. Aku mengulang-ngulang lagu ini terus untuk mengingat bahwa aku pernah ada di masa itu. Aku ditarik untuk ber-refleksi, untuk sekedar diam, mendengarkan, bertanya, dan menjawab pertanyaan-pertaanyaanku sendiri. Dan semakin sadar untuk segera bergegas, mengepak semua barangku, dan mencari rumah baruku tanpa lagi sibuk mengais-ais jawaban khayalanku. 

Lumayan, punya satu lagi lagu yang bisa diputar saat ingin marah-marah atau sekedar mencurahkan emosi. Melodinya tajam, setajam kenangan masa lalu. Dan lagi, liriknya aku banget! Halah!

Suwun, Mas Tulus. 

Comments

Popular Posts