Budaya Titip Absen

Baru saja saya pulang kuliah dan memutuskan untuk menumpahkan kekesalan saya pada tulisan ini. Saya tidak peduli orang akan berkata atau merespon apa, yang jelas ini hanyalah satu dari sekian banyak hal menyebalkan selama masa perkuliahan saya.

Saya biasa acuh dan terkesan tidak peduli pada mereka yang membudayakan titip absen. Tau kan? Keberadaannya di kelas tidak ada, tapi tandatangannya di absen tiba-tiba saja ada. Bagi saya, itu urusan mereka. Yang rugi juga mereka. Mereka tidak dapat ilmu, atau tidak ikut kuliah, bukan menjadi masalah besar bagi saya.

Tapi baru saja beberapa jam yang lalu, saya merasa dirugikan oleh mereka-mereka yang titip absen. Bayangkan, dalam satu kelas ada 5 orang yang titip absen dan entah siapa yang mengabsenkan, alias tidak ada yang mau mengaku. Mungkin tandatangannya muncul secara tiba-tiba dari atas plafon kelas.

Dan masalah baru muncul ketika tidak ada satu pun anak yang mengaku dan finally si ibu dosen pun marah dan menganggap bahwa hari ini semua anak didalam kelas absen. Nice. Sungguh pengalaman yang sangat menyebalkan.

Mungkin orang akan berkomentar saya lebay. Tapi tidak bagi saya yang kuliah dengan usaha dan kerja keras. Bukan hanya kerja keras saya, melainkan juga orangtua yang membayar kuliah saya mahal-mahal. Saya punya tanggungjawab besar untuk setidaknya punya predikat baik dalam kuliah.

Mungkin orang juga akan berpikir, "ah cuma satu mata kuliah, dan hukumannya pun bukan hukuman yang cukup berat." Satu mata kuliah, 3 sks, syarat mengambil kelas praktikum, dan syarat absen untuk mengikuti ujian, mungkin buat mereka-mereka yang titip absen dan mengabsenkan itu bukan masalah besar. Tapi bagi saya itu sudah cukup merugikan. Saya tidak peduli orang berpikir saya perhitungan, halah cuma 3 sks dikali 150 ribu bisa dicari orangtua dalam waktu beberapa hari. Ya, mungkin orangtua anda bisa. Tapi orangtua saya? Mereka juga butuh berjuang buat membiayain hidup dan sekolah saya.

Budaya titip absen betul-betul budaya yang sangat merugikan. Dan yang saya sering sebal adalah mereka tidak pernah sadar berapa umur mereka sekarang. Sudah kuliah, sudah tau mana yang salah, sudah tau mana yang merugikan, masih dilakukan. Kuliah adalah fase menuju masa depan. Kalau sampai di masa-masa ini saja sudah terbiasa curang, terus setelah lulus nanti mau jadi apa? Mau jadi orang-orang curang alias koruptor?

Saya tidak habis pikir dengan mereka. Yang sampai menyia-nyiakan waktunya tidak kuliah lalu sampai merugikan orang lain. Hidupmu ya memang hidupmu, saya juga tidak akan ikut campur dengan pilihan hidupmu. Tapi saya cuma mau bilang, tolong diingat mereka yang membiayai hidupmu. Gausah diperdulikan kalau kalian kuliah dengan uang sendiri. Tapi kalau masih nebeng uang orangtua, sebaiknya berpikir ulang untuk bolos-bolos kuliah apalagi sampai titip absen yang merugikan orang lain. Balik lagi aja sana ke SMA :)

Comments

  1. Dosennya tetep ngajar gak, mbak? Kl tetep ngajar gak rugi2 banget kok.. Mbaknya tetep dapet ilmu tapi jatah "cuti"/bolosnya kepotong 1.
    Dosennya masih mau masuk/ngajar lagi di sisa semester? Kl masih, ya ikhlasin aj "cuti"/bolosnya kepotong 1. Anggep aj amal sama yang membutuhkan.
    Kalo mikir negatif/ruginya gak ada habisnya..


    NB : Bukan berarti ane pro titip absen.

    Welcome to the real world. It su*ks. You're gonna love it (Monica Geller - Friends, 1994).

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts